Minggu, 15 Desember 2013

Tugas Pengantar Bisnis

Menghitung Rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas 




1.      Rasio Likuiditas
Adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban  keuangan pada saat ditagih (S. Munawir, 1995 hal 31).
Likuiditas adalah tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang harus  segera dipenuhi (Miswanto dan Eko Widodo, 1998, hal 83).
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi (Sutrisno, 2000 hal 18).
Rasio likuiditas terdiri dari:
aCurrent Ratio
Current Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar (Miswanto dan Eko Widodo, 1998, hal 83).
Rumus:
Current Ratio = (Aktiva Lancar / Hutang Lancar) x 100%

Hasil dari data laporan keuangan:
Current Ratio tahun 2010      = (Rp.  158.031.41/ Rp. 70.179.30) x 100%
                                                = 2,251 %
Current Ratio tahun 2009      = (Rp. 125.529.59 / Rp. 45.586.38) x 100%
                                                = 2,753 %

Current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya yang harus  segera  dipenuhi dengan mengunakan aktiva lancar yang dimilikinya.

b.  Cash Ratio  (Ratio Immediate Solvency)
Aktiva  perusahaan  yang paling  likuid  adalah  kas  dan  surat   berharga. Cash  ratio  menunjukkan  kemampuan  perusahaan  untuk membayar  utang  jangka  pendek  dengan  kas  dan surat  berharga  yang dapat   segera  diuangkan. Tidak terdapat  standar  likuiditas  untuk  cash  ratio sehingga  penilaiannya  tergantung  pada  kebijakan   manajemen.
Rumus:
Cash Ratio = (Aktiva Lancar / Pinjaman Jangka Pendek) x 100%

Hasil dari data laporan keuangan:
Cash Ratio tahun 2010           = (Rp. 158.031.41 / Rp. -) x 100%
                                                =  -
Cash Ratio tahun 2009           = (Rp. 125.529.59 / Rp. -) x 100%
                                                = -

c.   Quick Ratio (Acid Test Ratio)
Quick ratio  merupakan rasio  antara   aktiva  lancar  sesudah dikurangi  persediaan  dengan  hutang lancar. Rasio ini  menunjukkan  besarnya  alat  likuid   yang paling cepat   bisa  digunakan  untuk melunasi     hutang lancar.  Persediaan  dianggap aktiva   lancar  yang paling   tidak lancar, sebab  untuk menjadi    uang tunai  (kas)  memerlukan  dua  langkah  yakni   menjadi piutang  terlebih dulu  sebelum menjadi kas.
Rumus:
Quick Ratio = ((Aktiva Lancar – Persediaan) / Hutang Lancar) x 100%

Hasil dari data laporan keuangan:
Quick Ratio tahun 2010          = ((Rp. 158.031.41 – Rp.-) / Rp. 70.179.30)) x 100%
                                               =  2,251%
Quick Ratio tahun 2009          = ((Rp. 125.529.59 – Rp.-) / Rp. 45.586.38)) x 100%
                                               =  2,753%

2.      Rasio Solvabilitas
Solvabilitas  suatu  perusahaan  menunjukkan  kemampuan  perusahaan  untuk  memenuhi  segala kewajiban   finansialnya  apabila  sekiranya   perusahaan  tersebut  pada saat itu  dilikuidasikan (Bambang Riyanto, 1995, hal 32).
Suatu  perusahaan yang  solvabel  belum  tentu  likuid  dan  sebaliknya  sebuah  perusahaan  yang  insolvabel  belum  tentu  ilikuid. Dalam  hubungan antara  likuiditas  dan solvabilitas  ada empat   kemungkinan  yang dapat   dialami  oleh perusahaan yaitu :
  1. Perusahaan yang likuid tetapi insolvabel
  2. Perusahaan yang likuid dan solvabel
  3. Perusahaan yang solvabel tetapi ilikuid
  4. Perusahaan yang insolvabel dan ilikuid
Adapun Rasio yang tergabung dalam Rasio Solvabilitas adalah:

a. Total debt to equity ratio (Rasio Hutang terhadap Equitas)

Merupakan Perbandingan antara hutang–hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya.

Rumus:
Total Debt to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas Pemegang Saham) x 100%

Hasil dari data laporan keuangan:
Pada tahun 2010         = (Rp. 73.663.70 / Rp. 140.942.75) x 100%
                                    = 0,522 %
Pada tahun 2009         = (Rp. 50.157.18 / Rp. 115.425.70) x 100%
                                    = 0,434%

b. Total debt to asset ratio (Rasio Hutang terhadap Harta)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.

Rumus:
Total Debt  to Asset  Ratio = (Total Hutang / Total aktiva) x 100%

Hasil dari data laporan keuangan:
Pada tahun 2010         = (Rp. 73.663.70 / Rp. 214.606.45 ) x 100%
                                    = 0,343 %
Pada tahun 2009         = (Rp. 50.157.18 / Rp. 166.582.88 ) x 100%
                                    = 0,301 %
Makin kecil prosentase ratio ini berarti makin cepat perusahaan menjadi insolvabel. Tingkat   solvabilitas dapat dipertinggi cara sebagai berikut:
1.   Menambah aktiva tanpa menambah hutang atau menambah aktiva relatif lebih besar  daripada bertambahannya  hutang.
2.   Mengurangi hutang tanpa mengurangi aktiva atau mengurangi hutang relatif besar  daripada berkurangnya aktiva.

3.      Rasio  Rentabilitas
Rentabilitas  suatu  perusahaan  menunjukkan   perbandingan antara  laba  dengan aktiva   atau modal  yang menghasilkan  laba tersebut. Dengan kata  lain rentabilitas  adalah  kemampuan  suatu perusahaan  untuk menghasilkan laba  selama  periode  tertentu (Bambang Riyanto, 1997, hal 35).
Adapun cara penilaian Rentabilitas adalah:
a.      Gross Provit Marginal (Margin Laba Kotor)
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Rumus :
GPM = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%

Hasil dari data laporan keuangan:
Pada tahun 2010         = (Rp. 119.688.54 / Rp.- ) x 100%
                                    = 1196%
Pada tahun 2009         = (Rp. 105.512.96 / Rp.-) x 100%
                                    = 1055%

b.       Net Profit Marginal (Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
Rumus:
NPM = (Laba setelah Pajak / Total Aktiva) x 100%

Hasil dari data laporan keuangan:
Pada Tahun 2010        = (Rp. 29.331.55 / Rp. 214.606.45) x 100%
                                    = 0,136 %
Pada Tahun 2009        = (Rp. 27.246.46 / Rp. 166.582.88) x 100%
                                    = 0,163 %

c.       Earning Power of Total Invesment
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto.
Rumus:
EPTI = (Laba sebelum Pajak / Total Aktiva) x 100%

Hasil dari data laporan keuangan:
Pada Tahun 2010        = (Rp. 45.354.29 / Rp. 214.606.45 ) x 100%
                                    = 0,211 %
Pada Tahun 2009        = (Rp. 39.468.73 / Rp. 166.582.88) x 100%
                                    = 0,236 %

d.       Return of Equity (Pengambilan atas Equitas)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen.
Rumus:
ROE = (Laba setelah Pajak / Ekuitas Pemegang Saham) x 100%

Hasil dari data laporan keuangan:
Pada Tahun 2010        = (Rp. 29.331.55 / Rp. 140.942.75) x 100%
                                    = 0,208 %
Pada Tahun 2009        = (Rp. 27.246.46 / Rp. 115.425.70) x 100%
                                    = 0,236 %

Senin, 11 November 2013

Putih Abu-abu


Gerbang yang selalu menyapa dipagi hari
Bel berbunyi tanda pelajaran telah dimulai
Rasa kantuk atau bosan disaat belajar
Omelan guru saat tugas tidak dikumpulkan
Semua pasti merasakannya
Canda Tawa bersama teman
Memakan bekal disaat istirahat
Semua bersatu demi kebersamaan
Putih Abu-Abu memang sangat indah

Kini Putih Abu-Abu telah berlalu
Bel berbunyi sudah tak terdengar lagi
Gerbang yang setiap pagi selalu menyapa
Semua tinggal kenangan

Senin, 04 November 2013

Cerpen-Berhijab

Namaku Tika, akhirnya kini aku sudah menjadi mahasiswa. Dulu sewaktu sekolah aku memang mengenakan jilbab, karena memang sekolahku wajib bagi perempuan untuk memakai jilbab. Tapi, aku hanya mengenakannya jika sekolah saja, karena aku belum siap untuk berhijab. Jika pergi kemanapun aku masih belum memakai jilbab, terkadang aku mengenakannya jika pergi bersama teman-temanku.
Saat pertama kali aku masuk kuliah aku juga belum memakai jilbab, awalnya biasa lama-lama rasanya sangat berbeda. Aku merasa tidak percaya diri, seperti ada yang kurang didalam diriku. Aku berfikir, apakah aku sudah harus berhijab? aku pun selalu berdo'a meminta petunjuk kepada Allah. Aku juga selalu bertanya kepada hati ini, apa aku sudah siap. Aku tahu berhijab itu wajib, dan jika hanya menunggu hidayah datang, sampai kapan harus menunggu.
Sebulan aku tidak mengenakan jilbab, akhirnya aku mantapkan untuk berhijab. Aku merasa tenang didalam diriku, dan percaya diriku muncul kembali. Aku yakin dengan berhijab hidupku akan lebih baik lagi. Teman-teman baruku juga menjadi lebih dekat denganku. Aku bersyukur kepada Allah, dengan berhijab aku bisa menjaga diriku dari hal-hal yang negatif. Aku mendapatkan hikmah yang luar biasa dari berhijab ini.

Minggu, 06 Oktober 2013

Dampak Lingkungan dari Pabrik Tekstil

Nama : Wulan Febriyantika
NPM : 29213365 
Kelas : 1EB05


Salah satu kebutuhan manusia adalah pakaian. Mulai dari bayi sampai orang dewasa, semua membutuhkan pakaian untuk menutupi dan melindungi tubuhnya. Beragam merek dan kualitas pakaian yang beredar dimasyarakat, membuat para designer berlomba-lomba untuk membuat desain pakaian sebagus mungkin. Apalagi adanya model-model dari luar, banyak pabrik tekstil yang juga membuat model pakaian yang tidak kalah bagusnya dengan model luar negeri. Tanpa adanya pabrik tekstil kita tidak bisa menggunakan berbagai macam pakaian. Diberbagai daerah banyak pengusaha yang mendirikan pabrik tekstil, namun tidak menutup kemungkinan banyak pabrik tekstil yang berdiri dekat dengan perumahan warga. Dampaknya sangat berpengaruh besar terhadap warga disekitarnya.

Dampak Positif dari adanya Pabrik Tekstil :
1. Bagi warga sekitar pabrik tekstil bisa menjadi mata pencaharian mereka.
2. Menghasilkan pakaian-pakaian atau model terbaru.
3. Kualitas yang dihasilkan juga bisa diekspor ke luar negeri.

Pabrik tekstil tentu akan mengahasilkan limbah dari produk yang dihasilkannya. Biasanya limbah yang dihasilkan berupa sisa-sisa pewarnaan yang digunakan untuk pakaian. Bahan warna tersebut tersusun dari berbagai bahan kimia dengan tingkat kereaktifan yang berbeda.

Dampak Negatif dari adanya Pabrik Tekstil :
1. Biasanya limbah akan dibuang kesungai.
2. Sungai menjadi tercemar, airnya menjadi bau dan kotor.
3.Jika warga ada yang menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, akan terjangkitnya penyakit seperti gatal-gatal pada kulit dan sebagainya.

Saya berharap pabrik-pabrik industri mulai melakukan pembenahan dengan tidak membuang limbah ke sungai. Upaya penanggulangan limbah pabrik bisa dengan membuat sumur injeksi. Caranya dengan memompakan limbah melalui pipa ke lapisan batuan yang terdalam, atau dengan membuat kolam penyimpanan yang didalamnya dilapisi pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah.

Dengan adanya pencemaran limbah, pasti akan menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat dan juga lingkungan yang ada di sekitar. Kita sebagai masyarakat harus mencegah dan menanggulanginya, agar lingkungan tetap bersih dan enak untuk dipandang.


http://www.bimbingan.org/dampak-positif-adanya-pabrik-tekstil.htm
http://www.anneahira.com/pencemaran-limbah.htm